MALILI, potretlutim.com — Komitmen Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dalam menangani persoalan sampah semakin nyata. Usai melakukan studi tiru ke Yogyakarta, Banyumas, dan Bandung, Pemkab Luwu Timur langsung bergerak cepat dengan mendatangkan mesin pemilah sampah belt conveyor dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Mesin tersebut direncanakan untuk mendukung operasional Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) di Baruga, Kecamatan Towuti, sebagai bagian dari pilot project pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Uji Coba Selesai, Mesin Segera Dikirim ke Luwu Timur

Menurut informasi dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Luwu Timur, Muhammad Yusri, mesin belt conveyor yang dipesan dari Banyumas telah selesai diuji coba dan akan dikirim dari Surabaya menuju Makassar pada Kamis (17/7/2025). Estimasi waktu pengiriman diperkirakan memakan waktu tujuh hari.

“Mesin itu dijadwalkan tiba hari Minggu mendatang. Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, akan turun langsung ke lokasi TPS3R Baruga untuk meninjau kesiapan bangunan sebelum alat tiba dan dipasang,” ujar Yusri.

Deny: Standar Banyumas Sudah Terpenuhi

Salah satu peserta studi tiru dari Towuti, Deny, yang merupakan pegiat pengelolaan sampah, menyampaikan optimisme terhadap keberhasilan alat tersebut.

“Kalau kita lihat kemarin di Banyumas, mesin itu sudah standar. Tinggal bagaimana kita mempersiapkan tenaga pengelola yang profesional agar alat ini bisa berfungsi maksimal,” jelasnya.

Deny menambahkan bahwa keberadaan mesin ini diharapkan bisa menjadi pilot project yang kelak direplikasi di kecamatan lain di Luwu Timur sebagai solusi jangka panjang masalah persampahan.

Warga Lutim: Ini Tanggung Jawab Bersama

Sementara itu, Mario Nuba, perwakilan warga Wasuponda, yang juga turut serta dalam studi tiru, menegaskan bahwa pengelolaan sampah bukan semata tanggung jawab pemerintah atau PT Vale, tetapi juga masyarakat.

“Kita semua adalah produsen sampah. Karena itu kita juga harus ambil bagian dalam menyelesaikan persoalannya,” katanya.

Mario juga mengapresiasi langkah cepat dan kolaboratif yang dilakukan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa dan PT Vale.

Menurutnya, program ini patut didukung karena bertujuan menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan di Luwu Timur.

“Semoga semua ini segera terrealisasi, dan TPS3R Baruga bisa menjadi model yang ditiru oleh kecamatan-kecamatan lain,” ujarnya.

Langkah Awal Menuju Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu

Kehadiran mesin belt conveyor ini menjadi langkah awal nyata menuju pengelolaan sampah yang lebih modern dan berkelanjutan di Luwu Timur.

Selain efisiensi pemilahan, penggunaan belt conveyor juga akan mengurangi kontak langsung dengan sampah, menciptakan lingkungan kerja yang lebih higienis dan aman bagi para pengelola TPS3R.

Pemkab Luwu Timur menargetkan bahwa dengan kombinasi peran aktif pemerintah desa, masyarakat, dan sektor swasta, sistem pengelolaan sampah terpadu dapat diimplementasikan secara bertahap di seluruh wilayah.

“Ini baru langkah awal. Setelah Baruga, kita akan dorong TPS3R di wilayah Tomoni, Burau, dan lainnya,” pungkas Muhammad Yusri. (Cl/Red)